Jingga dan Sadjiwa (A Short Story)

by - 07.36

Saat itu akhir tahun 2012, yaitu disekolah menengah atas ku, di Kota Jakarta.

Nama nya Sada, aku pertama kali bertemu dengannya ketika kami sama sama menempuh pendidikan sekolah menengah atas, tepatnya kelas 2 SMA Sada baru saja pindah kembali ke Indonesia setelah mengikuti Papanya yang mendapat tugas dinas di Helsinki, Finlandia papanya adalah sekertaris konsulat RI di kementeriaan luar negeri.
Saat itu aku belum pernah serius mengenai perasaan, tidak pernah bawa perasaan sama yang namanya laki-laki namun, sejak bertemu dan mengenal Sada semuanya berubah.

Dulu, aku ga suka sama Sada... Dia lucu dan polos, dia botak, tinggi nya setinggi aku, badannya juga ga seperti artis artis idola ku, saat itu aku suka sekali sama penyanyi yang berasal dari Australia yaitu Cody Simpson. Hahaha.  Tapi ada satu hal yang terus terjadi saat pertama kali aku melihatnya dan mulai mengenalnya ada satu rasa yang tertanam didalam diriku, yaitu tertarik. Dia berkenalan denganku memberikan jabatan tangan sambil menanyakan namaku, kami berbicara kecil mengenai tempat tinggalnya dahulu yaitu Helsinki, Finlandia aku begitu penasaran dengan Helsinki karena kota itu memiliki banyak kedai kopi khusus untuk para introvert yang ingin meneguk satu gelas kopi sendirian, persis seperti apa yang diceritakan Sada kepadaku diawal perkenalan kami. Dia selalu menarik perhatian ku, menarik diriku ingin selalu berbicara dengannya, mengenal nya, mengetahui dirinya, mengetahui segalanya tentang Sada.


Hari demi hari di masa-masa SMA-ku itu aku lewatkan dengan Sada, ya, aku memang tidak suka dengannya. Aku rasa aku harus ralat perkataanku itu. Aku belum suka dengannya, tapi aku sudah jatuh terhadap ketertarikan akan dirinya, rasa ingin terus mengetahui tentangnya, tentang Sada.

Saat itu pulang sekolah aku berpapasan ketika sedang jalan di koridor sekolah dengan Sada "Hallo ingga" ia tersenyum ke arahku "Halo da" ada getir aneh didalam dadaku ketika membalas sapaan nya itu "Lo mau pulang?" "Iya. Lo juga?" Dia tersenyum, senyumannya itu yang selalu menempel diingatanku hingga sekarang "iya ingga, lo pulang naik apa?" Senyuman ku pun tak lepas ketika dia berbicara perhatian seperti itu kepadaku "naik motor sama karita, adhin, farrel Da, kalo lo?" Dia kembali tersenyum "sama pak Farid" "okay gue duluan ya Da" matanya memandangku dengan hangat "Hati-hati ya ingga." Percakapan kecil terindah itu yang selalu terekam dengan baik diotakku membuat perasaanku sesak di dada mengingat kenangan antara aku dan Sada.



Keesokkan harinya aku mendapatkan kabar yang sangat buruk, mama Sada meninggal dunia, sesak di dada kembali menghampiri ku rasanya air mataku terus ingin mengalir aku merasakan kepedihan didalam hati mendengar kabarnya itu, Sada.... Sada ku yang malang sedang merasakan kepedihan hati ditinggal seorang ibunda tercintanya akibat penyakit yang telah diderita lama yaitu kanker payudara, adik Sada, Sadewa si kecil yang begitu lucu dan tampan aku membayangkan bagaimana perasaanya tanpa ibunda kesayangannya itu, Sada begitu hancur dan rapuh kehilangan sang Bunda ketika aku menatap mata nya Papa Sada juga terlihat sama hancur nya dengan Sada ditinggal tante Marsa yang begitu cantik. Hari setelah kepergian mama Sada aku beribadah dan selalu mengirimkan doa kepadanya, aku rasa hanya hal kecil itu selain ucapan berbelasungkawa ku kepadanya mengirimkan doa untuk mama Sada lah hal yang lain yang dapat aku berikan kepada Sada tanpa ia mengetahuiinya, saat ini dibulan september tahun 2016 hatiku terasa teriris kembali mengingat masa-masa pahit Sada,  aku sudah mengenal nya begitu baik dan aku dapat merasakan kepahitan yang sama dengannya... Sada ku sayang.





Beberapa bulan setelah kejadian pahit itu Sada sudah seperti biasa, senyumannnya juga kembali dapat aku lihat dengan gurat merah dipipinya Sada yang begitu khas ketika ia sedang senyum seperti itu, aku begitu senang dibuatnya hanya dengan membagikan senyumannya seperti itu.
Hari itu ada desas desus dari anak-anak kelas Sada maupun aku yang mengatakan kalau Sada menyukai ku dan ia ingin menyatakan perasaan nya kepadaku, saat itu aku mulai degdegan, salah tingkah, sakit perut dan berbagai penyakit kasmaran anak-anak yang menyerangku saat itu. Ya, aku mulai menyukai Sada, si lelaki  botak, kurus, lucu nan aneh, namun selalu rindu dibuatnya. Setiap kali di sampingnya, hatiku selalu akan senang. Terutama ketika aku sedang bercerita dan berbagi mengenai berbagai hal dengan Sada.







Pada bulan desember tahun 2014, yaitu di bus pariwisata sekolahku, tepatnya di daerah Bandung. Sada menyatakan cintanya pada ku, malam itu tanggal 17 desember 2014 ditengah hari hujan dalam perjalanan kami di kota Bandung aku dengan tersipu malu menerima pernyataan cintanya dan sejak itu aku Jingga Alaia Putri resmi berpacaran dengan Raga Sadjiwa Kameswara atau biasa dipanggil Sada.

Perasaanku, terasa lebih deras dari hujan dan melambung lebih ringan dibanding udara. Dihatiku adalah Sada, dengan perasaan hangat yang kumiliki.

Kepalaku bersandar di pundak Sada tangannya menggenggam tanganku menghangatkannya dari dinginnya cuaca Bandung. Aku tersenyum tidak percaya Sada si botak yang sekarang lebih tampan, memiliki rambut gondrong, dan bertubuh lebih  tinggi dari pertama kali ku bertemu dengannya kini menjadi milikku.







Hari itu hari kamis aku lupa bulan nya aku berangkat ke sekolah beruraikan airmata, aku rindu Papa ku saat itu, aku tidak bisa mengontrol diriku aku kehilangan kontrol akan diriku sehingga aku tidak dapat berhenti untuk tidak menangis lagi padahal pelajaran sedang berlangsung. Guru BK-ku pak Azril melihat kondisiku seperti itu dia langsung membawa ku keluar kelas dan masuk ke ruang BK didalam dia memperhatikan ku, tangis ku semakin menjadi, hatiku perih saat itu aku ingin berhenti menangis namun tidak bisa, pak Azril memelukku sayang seperti seorang Ayah ia mengatakan "berhenti menangis" begitu lembut namun tangisku tidak berhenti juga ia pun keluar ntah kemana meninggalkan diriku yang masih menangis namun beberapa menit kemudian sesorang masuk ke dalam dan ia adalah Sada dengan pak Azril dibelakangannya Sada menatapku khawatir sambil mengatakan "kenapa ingga?" Aku tidak bisa menjawab dan menutup muka ku karena aku malu dia lihat keadaanku seperti itu aku keluar dari ruangan BK dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka aku kembali ke kelas tanpa memikirkan pak Azril dan Sada yang masih ada di dalam ruang BK.





Kami sudah kelas 12 dan menuju akhir akhir dari masa SMA kami, ujian sudah didepan mata pendalaman materi beberapa kali seminggu kami lewati bersama, aku dan Sada kami sama sama les private dengan salah satu guru matematika kami namanya pak Anwar, pak Anwar ini orang nya senang sekali menggoda aku dan Sada aku rasa salah satu alasan aku bisa menyukai Sada awalnya karena pak Anwar yang sering sekali menggoda aku dan Sada ketika kami sedang belajar dikelas di mata pelajaran dia kami dibuat selalu tersipu malu karena kami memiliki perasaan yang sama namun belum bisa diungkapkan sebelum peristiwa jadian kami di Kota Bandung.
Waktu demi waktu di akhir masa SMA ku aku lewatkan bersama Sada, menonton film, makan bersama, jalan-jalan, nonton teater, main bersama, aku lewatkan dengannya. Hidupku begitu sempurna saat itu.
Aku ingat kejutan kecil dari Sada di bulan-bulan pertama kami berpacaran, saat itu aku lagi pergi ke salah satu mall yang ada di Jakarta bersama teman ku, lalu ketika aku ingin naik lift Sada keluar dari lift sembari membawa bunga mawar merah yang menjadi bunga pertama favorit ku saat itu. Sada ku itu selalu membuat perutku terasa ada seribu kupu-kupu berterbangan dan enggan melupakan setiap hal kecil yang telah ia berikan kepada ku.





Beberapa bulan sejak kejadian aku menangis, pagi hari itu aku dipanggil keruang BK teman ku Kinanti yang menyampaikan pesan dari pak Azril "kata pak Azril, Jingga disuruh keruang BK" "oh oke, gue kesana kin" aku bergegas ke ruang BK yang posisinya ada dipaling ujung koridor didekat kelas 12ips3 kelas nya Sada dan beberapa sahabatku. Di dalam ruang BK ada pak Azril sendiri didepan meja nya, ia mempersilahkan ku untuk duduk "Jingga kamu tau kan Sada baru saja kehilangan mamanya"

"Saya tau pak, memangnya kenapa?"

"Ya, saat ini dia sedang melewati proses yang cukup panjang"

"Maksud bapak?"

"Kamu ga melihat Sada yang sebenarnya seperti apa saat ini Jingga?"

"Saya tau, dia baru kehilangan mamanya dia sedih tapi sekarang sudah tidak terlihat sedih pak"

"Dia sedang beradaptasi Jingga, keluarga Sada sedang beradaptasi, kepergian mama Sada benar benar meninggalkan luka yang begitu membekas baik kepada Sada maupun keluarganya yang lain, Sada begitu rapuh dan lemah sebenarnya.

Namun ia begitu pintar tidak memperlihatkan nya dengan terang-terangan tepatnya kepada kamu, karena kamu sumber kebahagiaannya sekarang Jingga.

Kemarin saya mendapatkan dia yang terus saja tidak fokus dalam mengikuti pelajaran sehingga saya memanggilnya keruang BK, dan kamu tahu apa yang terjadi setelah ia sampai diruang BK? Ia menangis dengan tersedu-sedu, begitu berbeda dengan kamu yang menangis histeris saat itu, dia menangis dengan tenang"  
Saat itu juga rasa perih kembali menggerogoti hatiku, air mata kembali mengalir,  Sada, Sada ku sedang sakit, hatinya begitu sakit, Sadjiwa ku sedang bersedih.



Dia Sadjiwa yang selalu bisa membuat hati ku terasa sesak bahkan hingga sekarang ini dimalam hari bulan september 2018 aku yang kembali mengingat kenangan yang menyakitkan hati ku itu.



Kembali kepada saat itu, "Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang ini pak?"

"Bantu dia menghadapi ini semua Ngga, tuntun dia, buat ia selalu merasa senang"

"Itu pasti saya lakukan pak"

"Satu hal lagi yang harus kamu ketahui, mengapa saya meminta kamu yang seperti ini karena Papa nya, Neneknya, Keluarganya tidak ada yang bisa menjadi perisai Sada atas keadaan yang sedang dihadapinya Jingga, Sada yang menceritakan kepada saya bagaimana keadaanya keluarganya sekarang, Papanya yang selalu menangis dimalam hari sepulang kerja dikamarnya, papanya yang kembali menangis sebelum berangkat kerja dikamarnya, dan Sada yang memperhatikan itu semua berusaha menjadi kuat sendiri sehingga keluarga yang lain tidak merasakan sakit yang sebenarnya dia tahan dihadapan keluarganya." Pedih. Sakit. Sesak. Perkataan demi perkataan yang dikeluarkan pak Azril begitu mengiris hatiku... aku bodoh, aku bodoh, tidak mengetahui seberapa berat beban yang sedang dihadapi Sada saat itu, bebannya lebih berat daripada aku yang jauh dari Papaku karena perceraiiannya dengan Bunda. Saat itu yang aku tau hanya sakit Sada tidak sebanding dengan sakit yang aku rasakan, yang lebih terasa sakit itu Sada, dan aku wajib dan harus mengobatinya.





Sudah lumayan lama sejak pernyataan cinta Sada serta resmi nya hubungan kami di Bandung diriku semakin merasakan cinta yang begitu besar kepada Sada, ada juga rasa ketakutan akan ditinggal Sada suatu saat nanti dan aku tidak bisa membayangkan sama sekali bagaimana diriku jika aku terlepas dari Sada.
Aku melihat kalender yang memperlihatkan hanya tinggal hitungan beberapa bulan lagi masa SMA kami akan berakhir dan waktunya kami menuju masa kuliah, masa SMA berakhir menekankan kepada ku jika waktu bersama Sada yang biasanya setiap hari kami lewati bersama tidak akan bisa lagi

"Ingga" 

saat itu siang hari pulang sekolah aku dan Sada sedang menunggu Sadewa dan Pak Farid supirnya, kebetulan aku tidak membawa kendaraan dan Sada ingin mengantarku pulang dengan supirnya

"Kenapa da?"

"Bentar lagi kita lulus, kamu mau masuk mana ?"

"Aku mau masuk Universitas negeri da, gak mau kuliah diswasta lagi jadi aku bakalan nyoba masuk beberapa Universitas negeri nanti"

"Gitu ya ngga.."

"Kalo kamu masuk mana? Negeri juga?"

"Aku takut masuk Perguruan Tinggi Negeri, kamu liat sendiri gimana susahnya aku beradaptasi lagi sama pelajaran-pelajaran disini, untung aja ini aku bisa masuk SMA swasta sini jadi gimana aku masuk Perguruan Tinggi Negeri lagi, pasti babak belur aku" Sada tertawa dengan pipinya yang mengeluarkan gurat-gurat kemerahan itu

"Ih gapapa tau Da, kan sama aja kok beradaptasi lagi sama-sama belajar lagi kita lagian kamu ga seburuk itu ngadepin pelajaran-pelajaran di SMA kita"

"Iya sih ngga.. Tapi aku udah mikir pasti aku gak bakal masuk Univ Negeri makanya sekarang aku udah ngambil beberapa formulir Univ swasta"

"Oh kamu udah ambil? Ambil formulir dari mana aja? Aku juga takut nih gak dapet Universitas negeri pasti lanjut ke swasta juga"

"Iya udah, aku ambil formulir L*P*, Pra**ul sama A**a. Kamu pasti bisa dapet  PTN inggaa, aku tau kamu, kamu itu pinter banget."

"Apa deh kamu Daa aku biasa aja tau" aku tersenyum tersipu malu seperti biasa, pujian-pujian kecil dari Sada selalu bisa membuat ku merasakan ke bahagian dan membuat ku tak segan untuk selalu tersenyum padanya.





Hari kelulusan kami sudah tiba, pagi itu Sada menjemput aku dan Bunda ku dengan supirnya kami akan bersama-sama menghadiri kelulusan kami di gedung serbaguna sekolah ku, saat itu Sada terlihat begitu tampan dengan balutan jas ditubuhnya dan potongan rambutnya yang baru mama ku duduk didepan mobil sedangkan aku ditengah mobil dengan Sada "Kamu siap Ingga?"

"Aku degdegan banget nih Daa, aku nervous, grogi, aku ga siap, aku takut" tangan Sada langsung memegang erat tangan kanan ku yang dingin akibat rasa takut yang melanda diriku saat itu

"Hey hey ingga, liat aku"

Mata ku mulai berair saat itu, seperti itulah diriku jika aku sudah ketakutan akan sesuatu

"Kamu gak boleh takut, kamu itu pinter banget Jingga Alaia Putri, how many times do i have to tell you? Aku berani bersumpah kamu pasti lulus dengan nilai yang bagus, jadi kamu gak perlu khawatir dan takut chérie-ku"

"Thank you, mon chéri. aku cuman nervous aja ini bener-bener akhir dari masa belajar selama 3 tahun aku di SMA" 

"Aku tau, semuanya akan baik-baik aja ngga gak ada yang perlu kamu takutin, i love you"

seperti itu balasan dari Sada dengan senyum yang menempel dengan hangat di bibirnya dan aku pun mau tidak mau tidak tahan untuk kembali membalas kata-kata cintanya itu

"I love you too Sada"

Hari itu aku dan Sada sama-sama mendapatkan penghargaan yaitu Sada medapatkan penghargaan nilai UN tertinggi kedua mata pelajaran bahasa Inggris, dan aku mendapat penghargaan nilai UN tertinggi ketiga mata pelajaran bahasa Inggris yang sama dengan Sada tentunya.

"Selamat ya ngga atas kelulusan kamu dan penghargaan kamu, bener kan yang aku bilang? Kamu itu pinter dan pasti bisa ngelewatin semuanya dengan baik"

"Makasih Daa, selamat juga untuk kamu, kamu juga pinter kan? Buktinya kamu dapet penghargaan bahasa Inggris dan itu diatas aku satu loh"

"Hahaha, ini mah karena aku lama tinggal di luar negeri aja jadi paham arti-artinya coba kalau enggak"

"Oh gitu ya hahaha, papa kamu mana sama mbak Caca?"

"Papa ku udah pulang sama mbak Caca ada urusan katanya, jadi aku tinggal nganter kamu sama Bunda kamu pulang aja nih"

"Yaudah sekarang aja yuk, Bunda ku juga udah pingin pulang"

Kami menuju mobil bergandengan tangan dengan senyum yang tidak pernah lepas dan rasa bahagia yang meluap dengan sendirinya. Sada kamu benar-benar bisa sekali membuat aku merasa jadi wanita paling bahagia di dunia saat itu, Sada terima kasih karena dirimu telah mewarnai hidupku saat itu.



Beberapa hari setelah kelulusan itu angkatan ku akan mengadakan malam keakraban untuk yang ter akhir kalinya sebelum kami sama-sama berpisah untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi, malam keakraban nya diadakan di rumah Sada atas kesepakatan kita semua malam itu tanggal 17 aku lupa bulannya mungkin sekitar bulan agustus atau juni ditahun 2014 hari itu juga merupakan hari jadi aku dan Sada untuk yang ke 7 bulan hari itu kami begitu serasi mengenakan baju yang berwarna sama juga Sada yang menjemputku duluan disore harinya untuk bermain bersama nya dan Sadewa dirumahnya sembari menjaga kakek Sada yang sedang sakit, aku telah mengenal keluarganya saat itu dari papanya, kakaknya, neneknya, kakeknya, serta beberapa om dan tante nya aku bermain dengan Sadewa adik Sada kami begitu dekat aku memantau Sada yang bermain sepeda dibawah dari balkon rumah Sada sembari ngobrol tentang kehidupan Sada beberapa waktu yang lalu aku juga diperkenalkan Sada kembali dengan nenek nya yang baru pulang berpergian dari Solo saat itu, namanya Eyang Maya beliau begitu cantik sebagaimana cantiknya tante Marsa almarhumah mama Sada kami berbincang banyak dan aku lumayan nervous berbincang secara langsung dengan Eyang Maya sebelumnya kami hanya berbincang via telepon dan video call saja. 
Hari yang mulai malam dan teman-teman kami mulai berdatangan saat itu acara malam keakraban seperti biasa dimulai dari sambutan dan menceritakan kenangan semasa kami semua bersama disekolah diceritakan kembali saat itu, tanpa disangka ternyata Sada memberikan aku sebuah kejutan kecil saat itu Sada mengajakku ke kebun bunga samping rumahnya dan memberikan satu kotak kue sambil menggandeng tanganku dan mengucapkan "Happy Anniversary, ingga" saat itu kebahagian ku kembali meluap aku begitu bahagia dan tidak menyangka ternyata Sada mengingat hari jadi kami karena yang biasanya dia selalu mengucapkan pertama dan memberi hadiah tapi hari itu tidak aku hampir menangis dibuatnya jika tiba tiba tidak ada perusuh teman teman kami yaitu Adhin, Bagas dan yang lain-lain menggoda kami berdua malam itu merupakan malam paling bahagia ku, aku kembali menyenderkan kepala ku dipundak Sada sambil difoto oleh beberapa teman kami dan menyuapi Sada dengan kue yang telah dibeli nya.
Terimakasih Sadjiwa-ku, kamu selalu bisa membuatku bahagia, terimakasih Sada-ku.





Sembari menunggu ijasah dan beberapa surat surat tanda kelulusan  SBMPTN sudah dibuka dan saat itu waktu nya aku mendaftar diri dan memilih 3 Universitas yang salah satunya akan menjadi Universitas ku tanpa ku ketahui dan ku tebak ternyata hal yang begitu aku tidak inginkan akan terjadi. Saat itu aku sangat amat stress dengan pendalaman materi di tempat bimbel saat melakukan uji coba SBMPTN demi mendapat Universitas impian-ku, hasil nilai ku ternyata tidak begitu tinggi dan bisa dikatakan standard aku memilih beberapa Universitas Negeri terkemuka dengan nilai yang lumayan tinggi dan aku sudah merasa ketakutan kalau salah satu nya tidak ada yang bisa aku dapatkan   Saat itu emosi ku tidak terkontrol aku merasa galau, karena masih merasa tidak puas dengan hasil uji coba ku di tempat bimbel untuk Univeristas yang aku pilih, SBMPTN akan dimulai dalam waktu 2 hari lagi tapi aku tidak bisa tenang dan terlalu overthinking dan terus menerus latihan dirumah demi dapat menjawab semua soal SBMPTN dengan sempurna. 
Hari SBMPTN tiba dan aku merasa tidak bisa menghadapi nya sebagaimana rasa takut yang aku rasakan akibat latihan sampai subuh sehari sebelumnya. Sehingga sehabis SBMPTN selesai pun aku tetap tidak bisa merasakan ketenangan.
Saat itu aku hanya terfokus dengan nasibku yang akan mendapatkan Universitas Negeri atau tidak aku tidak bisa memikirkan sejenak tentang Sada walaupun didalam hatiku aku begitu membutuhkannya namun sulit sekali untuk membagi fokus ku kepadanya sehingga aku memutuskan untuk men-diamkan Sada selama beberapa hari pasca SBMPTN-ku, selama beberapa hari itu juga aku tidak tau menau mengenai kabar Sada mungkin bagi yang melihat keadaan hubungan kami saat itu yang melihat pasti akan berpikir bahwa aku begitu jahat sudah mencuekkan Sada dan tidak memperdulikannya padahal saat itu kami sama-sama membutuhkan dan aku tidak sadar akan hal itu, hubungan kami yang mulai renggang.

Beberapa minggu kemudian aku dan Sada bertengkar karena satu hal yang begitu sepele namun begitu berarti yaitu Sada yang tiba-tiba meminta aku untuk video call dengan nya via skype namun aku menolaknya dengan alasan "Untuk apa sih Daa?" Dia hanya menjawabnya dengan "aku ga bisa kasih tau kecuali kamu video call sama aku"

"Ya kan disini kamu juga bisa langsung ngasih tau"

"Enggak ngga, aku maunya video call"

"Aku mau pergi da"

"Sebentar aja ingga"

"Yaudah oke aku buka laptop dulu"

Lalu aku membuka laptop dan segera meng-aktifkan Skype ku dan menunggu video call dari Sada, beberapa saat kemudian muncul lah panggilan video call dari Sada dan aku mengangkatnya "Kenapa da?" Aku langsung berbicara to the point "Kamu mau kemana ngga?"

"Keluar sebentar. Kenapa sih kamu?"

"Kamu udah makan?"

"Udah. Kamu kenapa da? Katanya mau ngomong lewat sini"

"Ya sebentar ngga, aku mau ngobrol sebentar aja sama kamu gak bisa?"

"Aku tau, tapi kan aku mau keluar da lagian kan juga di LINE bisa ngobrol kenapa pake video call segala"

"Ya aku maunya sambil denger suara kamu dan liat kamu"

"Yaudah sekarang cepetan kasih tau kenapa apa yang mau kamu omongin, aku mau pergi"

Sada hanya diam tanpa berbicara dengan jelas lagi hari itu mood-ku sedang buruk dan aku dengan bodohnya semakin memperburuk keadaan kami

"Sadjiwa, kalo kamu ga ngomong juga aku matiin ya."

"Kok gitu sih ngga?"

Dan aku langsung mematikan panggilan video call dari Sada tersebut, selang beberapa menit kemudian masuk beberapa pesan dari LINE Sada kepadaku "Aku sakit."

pesan yang begitu singkat dan tidak cukup memperbaiki mood-ku dan yang ada semakin memperkeruh pemikiraan ku saat itu "Sakit apa?"

"Cukup parah."

"Sada kamu jangan gitu deh, ngasih tau setengah setengah kaya gitu, yang lengkap kenapa sih apa susah nya ngasih tau sakit kaya gitu?!"

"Kenapa kamu matiin telfon aku?"

"Soalnya kamu diem aja dan aku mau kamu langsung kasih tau aku kamu itu mau ngomong apa dan kamu malah ga ngomong, sekarang aja kamu ngulur-ngulur pembicaraan lagi"

"Aku sakit ngga! Aku sakit cukup parah. Puas?"

"Sakit apa?"

"Gangguan pernafasan"

"Kenapa bisa?"

"Coba aja kamu sendiri yang cari tau, aku mau pergi"

"Da kenapa gitu sih?"

"And i don't like you attitude on skype"

"Sada kasih tau aku kenapa bisa"

Sada yang langsung mengakhir percakapan kami via LINE saat itu dan menghilang selama beberapa hari. Aku bodoh. Satu kata yang cukup menggambarkan diriku saat itu, mengapa aku begitu bodoh? Sada-ku sedang sakit, Sada-ku sedang membutuhkan perhatian ku dan dengan bodohnya aku malah marah-marah tanpa alasannya dan dengan tidak sopan nya menutup telfon dari nya begitu saja.

Aku masih belum bisa mengontrol emosiku juga saat itu, ego ku masih begitu tinggi juga saat itu, begitupula dengan Sada, ia tidak lebih memiliki sifat yang sama dengan ku, emosi dan ego nya juga berjalan sama seperti diriku kami berdua misscom sekitar 5 hari tanpa ada yang memulai berbicara, aku sendiri ego ku menuntut ku untuk tidak usah mulai percakapan dengan Sada kecuali dia sendiri yang mulai namun emosi ku membuat diriku menjadi remaja-remaja yang tidak terkontrol dengan membuat beberapa kutipan kata kata sedih dan tidak tahan terhadap hubungan yang sedang aku jalani di salah satu akun sosial media ku yang dimana ada Sada yang selalu membaca perkataan demi perkataan yang aku bagikan di sosial media ku itu tanpa kusadari. Malam itu malam sabtu akhirnya Sada lah yang memulai percakapan kembali denganku, percakapan kami menjadi begitu hambar dan dingin tidak hangat dan penuh kebahagiaan seperti biasanya, satu hal mengenai penyakit Sada masih bergantung begitu saja tanpa aku minati untuk jadi topik pembicaraan kami lagi karena aku yang begitu takut makin memperunyam keadaan hubungan kami. Saat itu dengan jelas dan masih menempel lekat diingatanku "Jingga, kamu capek ya?"

"Capek apa da?"

"Capek sama aku"

"Engga"

"Gak usah bohong ingga"

"Lah apaan sih da kok jadi kaya gini? Kamu yang yang sebenernya capek sama aku makanya kamu jadi ngomong ngalur ngidul kaya gini?!"

Emosi ku langsung terpancing begitu saja ketika Sada berkata seperti itu

"Bukan begitu, tapi aku liat tweets kamu di twitter yang ngomong kaya gitu"

"Tweets yang aku tulis di twitter belum tentu semuanya tentang kamu, Da."

"Oke"

Aku begitu jahat berbicara seperti itu dengan Sada kalau bisa ku ingat dengan jelas pasti rasa sesak di dada nya akan muncul ketika membaca perkataan ku itu, aku begitu kasar, aku begitu bodoh. Hati ku mulai terasa perih lagi mengingat kenangan menyedihkan diantara aku dan Sada. Penyesalan selalu datang belakangan. 
Maafkan aku, Sadjiwa-ku. Maafkan aku yang begitu bodoh dan kekanak-kanakan saat itu.

Malam itu juga Sada menghubungi bundaku, ia bercerita sesuatu dan meminta izin bunda ku untuk mengakhri hubungan kami ia mengatakan kepada bunda ku akan lebih baik mungkin jika aku dan Sada hanya menjadi teman baik dulu daripada terikat dengan hubungan yang sedang tidak baik seperti saat itu, bunda ku mengajukan pertanyaan dan beberapa alasan yang membuat Sada yakin dengan alasannya mamaku hanya mengatakan "Kalau itu yang terbaik, tante izinkan" aku belum tau saat itu, hingga bunda ku mengatakan "Jingga.. kamu udah putus sama Sada?" Sakit langsung menghimpit dadaku saat itu, "putus?" aku bertanya seperti bertanya kepada diriku sendiri

"Kalian berantem ya? Jadi Sada belum ngomong?"

Aku menghirukan perkataan bunda dan langsung ke kamar untuk menghubungi Sada "kamu mau putus sama aku Da?" ucapku to the point

"Kalau itu yang terbaik dan mau kamu ingga..."

"Mau aku? Itu mau kamu kali da, gausah bilang-bilang nya itu kemauan aku deh"

"Ngga begitu ingga.. Tapi aku cuman ngeliat sesuai keadaan kamu"

"Sesuai keadaan? Kamu bisa banget ya membalik-balikin perkataan kamu kalo mau putus ya langsung bilang sama aku gak usah lewat bunda ku begitu ngga"

"Aku cerita sama bunda kamu dulu ingga. Aku harus minta izin sama bunda kamu sebagaimana aku minta izin untuk jaga kamu saat awal kita deket ngga."

"Yaudah lah terserah kamu mau ngomong apa dan terserah mau kamu juga karena kamu udah bilang begitu sama bunda aku"

"Jingga, maksud aku bukan begitu..."

"Udah da, terimakasih atas semuanya selama ini kita bersama ya, " 
maaf kan aku aku tidak bisa melanjutkan berjuta kata-kata untuk Sada yang harusnya aku sampaikan dengan jelas disini tapi rasanya begitu sakit mengingat kenangan menyedihkan dalam hidupku itu, aku tidak sanggup, aku tidak sanggup untuk kembali menyadari kalau Sada sudah tidak berada di dalam hidupku, Sada sudah melangkah pergi keluar dari dalam hidupku yang menyedihkan ini.

"Jingga, boleh aku mengatakan sesuatu untuk terakhir kalinya?"

"Boleh da."

"I love you, ma chérie. I haven't said that for a long time."

Hatiku begitu sesak saat itu, aku sangat ingin mengatakan kalau aku tidak mau melepaskan Sada. Aku mau ia terus hadir didalam hidupku sampai selama-lamanya. 
Tangisku malam itu tetap ku tahan dalam diam karena aku tidak mau bunda tau seberapa pedih nya dan sakit nya perasaanku saat itu.

Malam yang menyedihkan itu aku tidak mengeluarkan setitik air mata pun untuk akhir cerita ku dan Sada, semuanya terpendam dan tertahan didalam diriku sampai entah kapan dapat aku lepaskan. 
Saat ini, kenangan masa lalu mulai membanjiriku, itulah dia, Sadjiwa-ku, yang selalu membuat ku bahagia. Itulah dia, Sadjiwa-ku yang ku begitu sayangi. Ketika aku merasa takut, Sadjiwa lah yang melindungiku.





Setelah putus dari Sada, hari-hariku begitu hampa. Bunda ku pun mengetahui seberapa berarti nya Sada dalam hidupku, sampai bertahun-tahun aku pun tidak pernah berani menceritakan bagaimana perasaaan ku kepada Bunda. Padahal itu merupakan awal dari masa kuliah ku. Kenangan tentang Sada masih sering terbesit setiap kali aku sedang tidak berada dalam pikiranku. 
Bertahun-tahun aku tidak berani untuk menginjakkan kaki ku di Kota Bandung, kota dimana aku dan Sadjiwa membuat kenangan, kota dimana aku dan Sadjiwa akhirnya terikat dalam satu ikatan yang ternyata fana.
Sepanjang jalan ku menuju rumah pun masih sering terbesit kenangan akan hadir Sada dalam kehidupanku beberapa tahun yang lalu.  Hingga suatu hari aku memberanikan diri ini untuk melangkah pergi ke Bandung dan mengingat tiap sudut Kotanya dimana aku melihat ada bayangan Sada-ku yang membuat ku tersenyum merasakkan hadirnya yang ada hanya sebatas dalam bayangan-bayangan samar.

Tentang kisah cinta ku pasca 2 tahun berpisah dengan Sadjiwa, beberapa lelaki teman seangkatan ku di kampus, dan senior ku di tempat aku berkuliah sudah ada yang berusaha untuk mendapatkan hatiku namun tetap... kenangan akan Sadjiwa yang selalu menghantuiku tidak bisa ku lepas dan tetap mengunci hatiku untuk tidak membuka nya pada siapa pun. 
Satu hal yang ku ketahui tentang Sadjiwa pasca perpisahan kami, ia pergi ke Belanda untuk mengikuti papanya tugas serta berkuliah disalah satu universitas di benua eropa tersebut dan kami lose contact

Aku sering menangis di malam hari ketika teringat akan Sada dalam diam. Menangisinya sampai dadaku terasa sesak, sampai air mataku sudah habis. Jika air mataku sudah habis, aku bergumam "Tuhan, beri satu kesempatan untukku dimasa depan memperbaikinya bersama Sada Tuhan" sambil mengingat perkataan Sada yang benar benar terakhir kali 

"maybe we can make a thing in the future, Jingga" satu kalimat yang memberi sedikit harapan untuk ku hingga sekarang... Dan mungkin sampai nanti.





*mon chéri = sayang untuk cowo
*ma chérie = kebalikannya.

You May Also Like

0 comments