Awalnya gue kira ini bakal jadi typical public relations book yang boring, tapi jujur se-jujur jujurnya ini enggak boring sama sekali! i think that's the reason why "don't judge the book by it's cover"quotes does exist in this world. gue pun sampai ketagihan di tiap akhir chapter dan end up dengan melanjutkan ke next chapter sampai akhirnya gue menyelesaikan baca buku Dear Raya dalam dua hari.
Hampir semua chapter ditulis dengan sangat menarik dan tidak begitu berat di buku “Dear Raya” ini namun ada satu bab berjudul “Meminta Kekuatan” yang membuat gue sebagai mahasiswi peminatan public relations yang baru saja memasuki semester tujuh ini sadar akan kenyataan dari job seorang public relations yang akan gue hadapin di dunia nyata nantinya, gue masih inget waktu itu pernah belajar mengenai stakeholder mapping di mata kuliah sebelumnya selama berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi ini pun dari chapter ini gue baru memahimi realita yang ada sebagai seorang PR. Strategi, Stakeholder mapping, Analisis, itu semua kenyataan yang akan gue temui jika dengan mantap terjun di dunia PR nantinya setelah gue menyelesaikan bachelor degree ini.
“Keyakinan adalah persepsi yang menguat. Persepsi bersifat subjektif dan kadang absolut. Subjektif karena itu adalah penafsiran pribadi. Absolut karena tak akan goyah oleh pandangan orang lain yang berbeda.” Jadi keyakinan itu bersifat subjektif dan absolut. Seketika gue tertegun pas baca beberapa kalimat tersebut gue merasa “can related” terhadap pelajaran yang bisa gue petik dari buku "Dear Raya" ini. Selama hampir 22 tahun gue hidup di dunia ini gue merasa hal yang Firsan Nova jabarkan diatas itu benar, karena mengutip ditulisan selanjutnya “Karenanya seperti juga perasaan, perception is not for discussed. Terutama jika berkaitan dengan rasa, perasaan, posisi dan dukungan.” Menurut gue selama ini membicarakan apapun apalagi tentang “perasaan” akan banyak sekali orang-orang yang kita ajak diskusi sudah memiliki their own perception sendiri, yang sebenernya enggak akan bisa disatukan dalam pembicaraan tersebut.
Masih banget pelajaran yang bisa gue ambil dari buku ini ditiap chapternya, bahkan menyadarkan gue juga tentang kemungkinan terbesar selama ini orang-orang disekitar kita itu hanya “being fake” or even “pretend” mereka ada di sisi yang sama dengan kita demi menyatukan pembicaraan tersebut dan membuat nyaman pembicaraan tersebut. Seperti gue yang suka curhat dengan teman dekat gue, si teman gue yang sudah cukup mengenal gue , dan gue yang di dalam diri gue sebenarnya tetap akan memenangkan apa yang sudah menjadi keyakinan gue, dan pada akhirnya teman gue akan memberikan jawaban yang memang gue expected dari mereka. Jadi terlintas dipikiran gue orang-orang pun selama ini komunikasi dengan kita ya kalau toh tidak palsu ya berpura-pura. That’s why gue selalu berpikir kalau harus menimbang-nimbang di setiap persepsi yang ada, baik dari orang maupun diri gue sendiri. Gue pun setuju juga kalau ”Ketika seseorang sinarnya sedang naik, maka seketika itu muncul opponent. Isu negative berhamburan ditembakkan. Seorang bintang selalu melahirkan musuh. Harga dari kejayaan. Sebuah hukum alam.” Itu pernah terjadi sepengalaman gue walaupun sekedar hal kecil di lingkup yang juga kecil dalam kehidupan sosial yang gue hadapi, sama persis penjabaran dichapter ini gue bisa relate ditiap hal yang disampaikan, dan tentunya menghasilkan quotes favorit gue “What doesn’t kill you makes you stronger” sama persis judul lagu dari Kelly Clarkson penyanyi favorit gue semasa SMP.