Dinamika dan Stabilitas Krisis Seperlima Abad (Beropini)

by - 05.20

Memasuki usia 20 tahun-an bisa disebut dengan fase yang krusial sekali untuk hampir semua orang, masalah tidak cuma perihal kuliah, pertemanan, percintaan dan keluarga. Namun semuanya ada. Gue rasa semua nya merasa tidak baik-baik saja di early 20’s life ini. Dapat diketahui bahwa secara garis besar kehidupan seseorang ada di tiga tahapan yaitu Learning, Earning, and Returning. Beberapa orang tentu dapat memanfaatkan ketiga stage of life ini untuk membuat rencana masa hidupnya. Fase Learning ketika seseorang berusia sembilan belas tahunan memutuskan untuk berkuliah dan berusaha meningkatkan pembelajaran serta melewati semua pengalaman sebagai modal untuk menuju tahap kehidupan berikutnya yaitu Earning pada tahapan kehidupan ini indikasinya ada di financial stability seseorang yang sudah siap bekerja dan menghasilkan uang dan mempersiapkan nya untuk masa depan. Meskipun secara usia early 20’s terbilang masih muda namun lagi-lagi menjadi dewasa bukan perkara usia melainkan menjadi dewasa adalah proses yang akan berlangsung seterusnya.


Seiring berjalannya waktu ada yang bertemu orang baru, ada yang putus cinta, ada yang bekerja, hingga ada yang lingkaran pertemanannya semakin mengecil namun berisi orang-orang yang terus menghargai hubungan pertemanan yang sudah dibangun dan tentunya berkualitas. 

Invest in people who invest in you, inner circle at its best.


Di awal usia 20-an ini biasanya akan disusul dengan munculnya berbagai pertanyaan perihal hidup seperti Apa sih yang udah gue raih selama 21 tahun hidup di dunia ini? Apa sih tujuan hidup gue yang sebenarnya? Fase ini gue kasih sebutan krisis seperlima abad bagi mereka yang merasakan krisis ini di early 20’s. Sejujurnya, gue pun enggak sepenuhnya yakin bahwa krisis kehidupan seperlima abad itu bisa disebut ada namun gue mungkin bisa menjadi salah satu bukti nyata bahwa krisis seperlima abad itu does exist dan seiring kekhawatiran tentang masa depan itu, even tho umur gue baru 22 tahun ini tapi tentunya semudah itu untuk munculnya sebuah celah untuk krisis menyerang seseorang difase ini. Bukan cuma quarter-life crisis yang populer itu yang dihadapi banyak orang ketika menginjak usia yang memasuki mid 20's.


Dari arti kata nya krisis berasal dari bahasa Yunani, krisis yang berarti “keputusan.” Krisis yang dimaksud di sini adalah krisis seperlima abad. Transisi antara dunia dewasa muda ke dunia orang dewasa sesungguhnya begitu menakutkan, sulit, dan membuat frustasi.  Sebelum mencapai mid 20’s semua orang kian menemui berbagai keputusan dalam hidupnya yang bisa memulai kekhawatiran maupun ketakutan. Disinilah eksistensi krisis kehidupan seperlima abad mulai menyerang seorang individu yang baru memasuki awal usia 20 tahunan.


Kegagalan, kekecewaan, dan ekspetasi. 3 hal penguat krisis seperlima abad berlangsung dikehidupan seorang dewasa muda. Bisa dimulai pada fase Launch atau learning stage of life seperti banyak remaja yang mengincar kesukesan nya dalam meraih cita-cita seperti memasuki perguruan tinggi impian maupun hal-hal lain. Tahun-tahun dewasa muda selalu membuat stress dan bisa membuat beberapa orang kehilangan arah jika ia tidak bisa survived, namun alih-alih sekedar survived seseorang perlu menemukan cara untuk tumbuh sehingga ia tidak akan layu sebelum berbunga.

Terdapat persamaan antara fase krisis seperlima abad dengan tahapan siklus hidup perusahaan: startup stage, growth, maturity dan decline.  Persamaanya nya ada di tahapan kedua corporate life cycle yaitu growth. Tahapan pertumbuhan dan pembentukan. Selama tahap ini,perusahaan mulai mendefinisikan kembali tujuan mengatur ulang, dan memperkuat strategi pemasaran yang kohesif. Sama dengan orang yang pada masa krisis seperlima abad, orang mulai mencari tujuan hidupnya dan berusaha mengatur kehidupannya. They need to be ready to grow. Seseorang yang dapat melewati fase krisis seperlima abad dan mengubah nya menjadi sebuah kesempatan maka dirinya akan success to grow atau dapat dinamakan dengan berhasil menggapai kedewasaan sedangkan jika seseorang tersebut tidak dapat melewatinya maka banyak sekali kemungkinan ia akan fail to grow.  Pada dasarnya difase ini dalam The 90/10 Principle of Stephen Covey, 10% of life is made up of what happens to you, and 90% of life is decided by how you react.  Simple-nya what happen to you good or bad hanya berpengaruh 10% terhadap seseorang dimasa depan, 90% nya ditentukan atas reaksi kita terhadap apa yang menimpa kita, whether it’s good or bad. Jika individu tersebut gagal untuk tumbuh dewasa, maturity tidak akan akan berhasil mereka sanggahi dan ia akan failure to launch.. mati sebelum waktunyaHarus diketahui juga jika individu tersebut dapat berhasil melewati fase ini, kemungkinan krisis yang akan tetap menyerang tidak dapat ditebak sehingga perlu pada dasarnya orang-orang memiliki sense of crisis terhadap berbagai aspek untuk tetap bisa bertahan dan mengendalikan hal tersebut.  


It's important to remember that things won't always go the way you want them to, and while you may not have any control over the outcome, you can control how you react.


Krisis seperlima abad bisa menjadi masa yang penuh kecemasan yang menakutkan dalam kehidupan seseorang, Namun untuk mereka yang siap survived dalam krisis dan ready to grow tentu itu bukan hal yang menakutkan. Survived menjadi kata kunci utamanya. Karena pada fase ini dinamika atau beragam kondisi yang terjadi pada kehidupan seorang berusia awal 20-an dapat teruji stabilitas diri dalam mengelola krisis seperlima abad yang tentunya dapat memberi impact yang signifikan terhadap tujuan hidupnya kelak. 

I got my first heart broken and I survived, I failed in 1 university and now I almost graduated in another uni, I got rejected in the very first dream job I applied for and got another great one yesterday, I did it once, I can do it again.


Krisis seperlima abad yang menghampiri kehidupan sesorang dapat dianalogikan seperti membangun sebuah fondasi. Ketika krisis tersebut menghampiri, dan menjadi retakan yang bisa meruntuhkan struktur fondasi tentu kita harus segera memperbaikinya sebelum runtuh.  Maka dari itu suatu krisis dapat dianggap sebagai suatu titik balik dalam kehidupan yang memberikan pengaruh menjadi lebih baik atau lebih buruk tergantung bagaimana kita mensikapinya. 

“Crisis as a turning point for better or worse, - as a crucial time. Or a situation that has reached a critical phase.” -Merriam & Webster


And once again, di serang krisis kehidupan seperlima abad bukan berarti kita harus ikut jatuh dan larut dengan ketakutan-ketakutannya, melainkan segera bangkit, membuat rencana, dan bertahan untuk tetap memiliki stabilitas dalam berbagai dinamika krisis seperlima abad inilah yang menjadi jalan terbaik untuk menghadapinya.. tentunya demi keberhasilan mencapai tujuan hidup yang terbaik di masa depan. 

You May Also Like

0 comments